Bahagia Itu Pilihan
Dalam teori kebahagiaan yang saya baca,
menurut Profesor Daniel Gilbert, ada 2 kebahagiaan yaitu Kebahagiaan alami dan
kebahagiaan Sintesis.
kebahagiaan
alami adalah apa yang secara spontan kita rasakan saat mendapatkan apa yang
diinginkan. Sedangkan kebahagiaan sintesis adalah sesuatu yang sengaja kita
pilih untuk kita pikirkan atau lakukan supaya bahagia. Menurut anda, mana
kebahagiaan yang bertahan lama, kebahagiaan yg alami atau kebahagiaan yg
sintesis? Ternyata kebahagiaan yg bertahan lama adalah kebahagiaan sintesis.
Mengapa?
Sebab
semakin bergantung kepada kebahagiaan alami, kita akan rentan terombang-ambing
antara bahagia dan menderita, karena kehidupan dunia ini selalu diselingi
dengan peristiwa baik-buruk yang datang silih berganti. Kebahagiaan alami akan
segera hilang seiring dengan berjalannya waktu, misalnya, ketika mendapatkan
kenaikan gaji, kita akan senang dan bahagia. Namun seiring berjalannya waktu,
kenaikan gaji itu menjadi biasa, bahkan mungkin sudah hilang dan kita akan
mengajukan kenaikan gaji yang baru lagi.
Menurut
beberapa pakar psikologi, kita seharusnya menciptakan kebahagiaan hidup dengan
berbagai cara, misalnya, kita mencari pekerjaan dan aktivitas yang positif,
bermakna, bermanfaat dan kalau bisa berdampak besar untuk kebaikan umat manusia
dengan mengajak sebanyak banyaknya orang melakukan pekerjaan dan kebaikan yang
kita lakukan.
Menurut
saya pribadi BERDAKWAH adalah sesuatu pekerjaan yang membuat kita Bahagia,
salah satunya adalah ketika kita mengisi Halaqah kita akan merasakan bahagia
karena kita berharap ada nilai nilai positif yang akan kita bicarakan &
lakukan bersama binaan kita. Selain itu saya juga senang ketika saya membuat
stiker sosialisasi qiyadah kita calon Walikota. Jadi intinya bagaimanapun
kesibukan kita, kita harus meluangkan waktu untuk menciptakan kebahagian
sintesis tersebut.
Contoh
lain: ada seorang trainer yang akan mengisi seminar di daerah puncak, seperti
biasa daerah puncak sangat macet maka si trainer tsb “terpaksa” memakai jasa
voorijder (2 polisi bermotor). Begitu lancarnya perjalanan sehingga sampai
dilokasi seminar dengan cepat, krn masih lama maka si trainer mengajak 2
petugas polisi tsb makan siang disalah satu restaurant favorit dipuncak.
Awalnya mereka menolak ajakan u makan satu meja bersama trainer tsb,
tetapi setelah “dipaksa” mereka berkenan menikmati makanan Khas sunda di
restaurant tsb.sambil makan, mereka ngobrol seputar keluarga,pekerjaan
maupun jalur puncak yg sering macet saat hari libur, walau baru kenal, mereka
ngobrol sangat akrab. Usai makan siang, sang trainer segera menuju tempat
seminar yg memang sangat dekat dengan restauran itu. Ada kejadian menarik yang
tak akan terlupakan dalam hidup sang trainer.
Ketika
hendak masuk mobil tiba tiba salah satu polisi menghampiri sang trainer dan
berkata, ” mohon izin,pak” sang trainer bingung dan menjawab sekenanya, ” iya…”
Tapi polisi itu kemudian menghalangi jalan sang trainer memasuki mobil dan
dengar suara bergetar, ia berkata lagi” mohon izin, pak…” Sang trainer berhenti
sejenak dan ada sedikit keraguan dalam hatinya.
Saat
itu, tiba tiba tangannya disodorkan kearah sang trainer pertanda mengajak
berjabat tangan, walaupun ragu sang trainer menjabat tangannya. Tanpa diduga,
polisi itu menarik tangan dan kemudian memeluk sang trainer sambil berkata, “terima
kasih, Pak. Bertahun tahun saya bertugas, baru kali ini saya diajak makan satu
meja dengan orang yang saya kawal, saya merasa sangat dihargai dan terhormat.
Sekali lagi, terima kasih, Pak”mendengar kata kata itu sang trainer membalas
pelukannya dengan sepenuh hati.
Polisi
iti telah memberikan pelajaran berharga, TENYATA untuk membahagiakan diri kita
dan orang lain, bisa dilakukan dengan cara cara yang sangat sederhana, salah
satunya makan bersama.
Saat
kita merasa bahagia, sesungguhnya hormon hormon dalam tubuh kita juga bekerja.
Mengapa demikian? Karena saat bahagia, kita tertawa. Saat tersenyum dan tertawa
itulah tubuh akan memicu peningkatan T-cells yang akan membuat peningkatan
sistem kekebalan tubuh kita. Tersenyum dan tertawa juga bisa menurunkan
produksi hormon cortisol, epinephrine dan dopac yg berkaitan dengan respon
terhadap stress. Hasilnya terjadi penurunan tingkat stress, depresi, kecemasan
dan duka yg mendalam.
berikut
ini adalah catatan inspirasi dari akh Mustofa Ali :
“Kawan…Bahagia
itu bukan dicari, tapi diciptakan.
Perasaan
bahagia adalah hak setiap orang.
Bahagia
bisa bersemayam di hati pemulung yang hidupnya dihabiskan bersama sampah.
Bahagia juga bisa bersemayam di hati karyawan yang gajinya pas – pasan. Bahagia
juga bisa bersemayam di hati pimpinan perusahaan yang sibuknya minta ampun.
Semua orang, apapun profesinya bisa bahagia ASALKAN mereka bisa menciptakan
rasa bahagia itu dihatinya. Termasuk kita kawan.
Kawan
… Jangan sering menunda – nunda rasa bahagia.
Sering
khan kita bergumam …
Hmmm
… bahagianya kalo kita bisa punya rumah sendiri. Setelah punya rumah sendiri,
lalu bergumam kembali …
Hmmm
… bahagianya kalo kita punya mobil. Setelah punya mobil , selanjutnya bergumam
kembali …
Hmmm
… enak kali ya kalo punya mobil satu lagi …. begitu seterusnya, tidak pernah
ada habisnya.
kawan
… Kita cenderung menunda – nunda untuk bahagia. Padahal kita bisa BAHAGIA
SEKARANG. Asalkan kita bisa MENCIPTAKAN rasa bahagia itu dihati kita sekarang,
apapun kondisi kita saat ini.
Kawan
… ingatlah selalu kata – kata indah di majalah Tarbawi ”Bukan Suasana yang
harus dicari, tapi Rasa yang harus diperbaiki”
Salam
Bahagia
Sumber
: Islamedia
Diambil
dari www.salimah.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar